TENTANG SAYA

Foto saya
BERFIKIR, BELAJAR, DAN MELAKUKAN SEGALA SESUATU DENGAN HATI

Arsip Blog

Selasa, 26 Januari 2010

Ayin... Anggodo... Thanks very much

Ayin... Anggodo... Thank you very much, mungkin itu ungkapan yang sepatantasnya kita ucapakan. Kenapa tidak? Hampir semua orang tahu bahwa hukum selalu berfihak kepada yang berduit, masih segara dalam ingatan kita betapa kasus mbok minah, yang mengambil buah coklat yg jatuh di perkebunan dihukum dengan kurungan, sementara yang mengambil uang milyardan bahkan trilliunan malah dibebaskan. Ini semua tidak terlepas dari peran para markus seperti ayin dan anggodo. Mungkin ini terjadi sudah sejak dahulu kala, sejak republik ini terbentuk. Masih segar dalam ingatan kita betapa Ayin bisa mengatur pejabat-pejabat kejaksaan agar merekayasa kasus sesuai dengan keinginannya, begitu juga anggodo yang dengan lihainya bak sangkuni di negeri astina yang lagi memerintah kurawa, kejaksaan dan kepolisian "bersendiko dawuh" semua kpd anggodo, tapi apa mau dikata kelihaian mereka berdua terendus juga oleh KPK. Tapi apa dayanya KPK yang sebagian besar anggotanya hanya kumpulan dari pak polisi dan pak jaksa? Tentu kalah kuat dibanding kejaksaan dan kepolisian....
Hancurlah kpk...
Tapi tuhan masih sayang sama bumi Indonesia Raya, tuhan menunjukkan sedikit sekali eksistensinya...
Melalui media yang terus mengawasi mereka. Opini muncul, rakyat banyak tahu, perlawanan media dan jalanan berlangsung akhirnya merekapun menyerah... Lagi-lagi anggodo yang harus dikorbankan. Walaupun tadinya orang ini adalah "ndoro" bagi 2 institusi tadi. Boleh to? Wong kadang-kadang asu wae oleh nyathek tuannya kok!
MAFIA HUKUM
Mafia hukum sudah mendarah daging (mbalung sungsum) di sistem hukum kita. Kita lihat saja di kepolisian misalnya, dari tingkat sektor sampai mabes hampir semua bisa dibeli. Dari yang lalu lintas sampai yang narkoba semua bisa diatur. Dengan masarakat melihat dan mendengar sendiri bhayangkara mereka, semoga bisa menjadikan polisi segera mereformasi diri dan benar-benar pada nantinya jadi pelindung masyarakat.
Dikejaksaan tidak jauh beda, tuntutan bisa dilaksanakan sesuai pesanan. Gaji yang kecil menjadi alasan kenapa para jaksa ini melakukan itu, sampai-sampai kejagung bilang butuh dana minimal 10T untuktmemperbaiki kinerja institusinya. Sungguh sebuah pernyataan yang sangat menyesakkan. Bagaimana tidak, akhirnya semua kembali kepada uang. Bukankah pak jekso sudah mengambil konsekwensinya ketika ia hendak memilih jadi jaksa? Bukankah itu lebih karena keserakahan belaka? Semoga reformasi kejaksaan segera dimulai dengan reformasi moral jaksa2nya....
Dikehakiman tidak kalah dahsyatnya, ketika hakim memvonis terdakwa udah harus konsultasi dulu sama jaksanya di luar sidang.
Di LP dan LPSK berjalan sesuai pesanan uang.,

"Bangsat" di Senayan!

"Bangsat" adalah umpatan kepada mereka yang tidak mempunyai etika. Bangsat! Itulah kata yang keluar dari mulut saudara-saudara kita di senayan. Ya saudara kita itu memang dibayar untuk ngoceh di sana.
Kemudian banyak orang menanyakan bagaimana etika dewan yang terhormat? Ketika kasus bail out bank century mulai dipermasalahkan DPR, dan mulai dibawa ke ANGKET, harusnya kita sadar bahwa ini akan menjadi tarik menarik kepentingan antar anggota pansus dan partai politik. Ya.. Karena politik hanya akan membicarakan kepentingan. Mungkin dari 9 fraksi di DPR mempunyai target berbeda-beda. Bu Sri, Pak Bud, Atau SBY target tembak mereka? Ternyata masing-masing partai mempunyai target sendiri-sendiri. Itu tidak salah karena dalam politik itu yang di "gunem" setelah ketemu sama partai lain adalah "apa yang saya dapat? Berapa besar? Terus jatah saya apa?
Wah kalau begitu tdk cuma etika "ngoceh"nya saja yang dipertanyakan tapi juga etika-etika lainnya. Kalau begitu ucapan bangsat mungkin ada kesesuaian diantara anggota bang... itu sendiri. Wah sopo bangsate rek...